Kita menilai berbagai macam hal yang ada saat ini adalah berdasarkan dari persepsi kita, atau setidaknya berdasarkan bagaimana kita “diposisikan” dalam menilai hal tersebut, bukan dari sebagaimana adanya hal itu tadi. Karena itulah kita jadi memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam menerjemahkan suatu kejadian atau tindakan, yang kemudian dalam situasi yang buruk dapat menimbulkan perdebatan, kesalahpahaman, dan sebagainya. . . . . Akan tetapi, sebuah persepsi itu tidak mutlak. Faktanya setiap orang memiliki persepsinya masing-masing, namun bagaimana kita memandang terhadap berbagai hal itu tadi bisa berubah, ketika kita mendapatkan “informasi tambahan” tentang hal tersebut. Dan juga kita dapat menggiring orang lain untuk mengubah persepsinya sesuai dengan apa yang kita lihat ketika dia mau melihat sudut lain yang belum dia lihat sebelumnya. . . . . Ada sebuah cerita yang mungkin memberikan gambaran tentang persepsi. Cerita tersebut adalah tentang seorang pria yang sedang menaiki busw
Pengertian atau definisi jurnalistik sangat banyak. Secara etimologi, jurnalistik berasal dari dua suku kata, yakni jurnal dan istik. Jurnal berasal dari bahasa Perancis, jounal, yang berarti catatan harian. Dalam bahasa Latin, juga ada kata yang hampir sama bunyi dan upacannya dengan journal yakni diurna, yang mengandung arti hari ini. Pada zaman Kerajaan Romawi Kuno saat Julius Caesar berkuasa, dikenal istilah acta diurna yang mengandung makna rangkaian akta (gerakan, kegiatan, dan kejadian). Kata istik merujuk pada istilah estetika yang berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan dimaksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan atau keterampilan dengan menggunakan bahan-bahan yang diperlukan, seperti kayu, batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan, dan musik. Hasil seni dan atau keterampilan dimaksud mengandung nilai-nilai yang bisa diminati dan dinikmati manusia pengagumnya, karena keindahan tersebut mengan